Minggu, 18 Desember 2016

“Ayat-ayat taentang produksi”

SAYA LK :D


MAKALAH

TAFSIR MUAMALAH

Ayat-ayat produksi”





Disusun Oleh Kelompok: 4

1.       Liga Kartina                 Nim: 1516120085

2.       Radiatul               Nim: 15161200



Dosen Pembimbing :

Iwan Romadhan Sitorus, MHI



PRODI: HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH      

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

 BENGKULU  2016 









DAFTAR ISI



COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah.................................................................................................. 1
C.     Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Produksi.............................................................................................. 2
B.     Ayat-Ayat terkait Produksi................................................................................... 3
1.      Al-Baqarah. 29................................................................................................ 3
2.      Ayat An-Nahl 5-8........................................................................................... 5
3.      Ayat An-Nahl 80-81....................................................................................... 10
4.      Al-Maidah.96.................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
















BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Produksi merupakan sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Menurut Dr. Muhammad Rawwas Qalahji kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-Intaj yang secara harfiah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewjudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsurnsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).

Produksi menurut Kahf mendefenisikan kegiatan produksi dalam prespektif Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagian di dunia dan akhirat.

Dari dua pengertian di atas produksi adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan mansia dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah Swt untuk mewujudkan suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi dimaksudkan untuk mencapai maslahah bukan hanya menciptakan materi.

B.         Rumusan Masalah

1.      Pengertian Produksi?

2.      Ayat-ayat produksi?

C.        Tujuan

1.      Mengetahui Pengertian Produksi.

2.      Mengetahui Ayat-ayat produksi.





BAB II

PEMBAHASAN

A.        Pengertian Produksi

Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Islamiy. Abdurrahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam  melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Dalam hal ini, Abdurrahman merefleksi pemikirannya dengan mengacu pada Q.S An-Nahl: 69[5] “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia”

Dari pendapat-pendapat diatas penulis dapat mendefinisikan bahwa produksi menurut Al Quran adalah mengadakan atau mewujudkan sesuatu barang atau jasa yang bertujuan untuk kemaslahatan manusia.











B.         Ayat-ayat terkait Produksi

1.      Al-Baqarah. 29

هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٢٩

Artinya: 

29. Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Mufradat

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا                :

(Dialah Tuhan yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu) .

ثُمَّ اسْتَوَى إِلىَ السَّمَآءِ             :

(kemudian Dia meuju Langit),

فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ            :

(lalu menciptakan tujuh langit)

وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمُ              :

(lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu) yaitu:

           

Tafsir Ayat:

(29. (Dialah yang telah menciptakan bagimu segala yang terdapat di muka bumi) yaitu menciptakan bumi beserta isinya, (kesemuanya) agar kamu memperoleh manfaat dan mengambil perbandingan darinya, (kemudian Dia hendak menyengaja hendak menciptakan) artinya setelah menciptakan bumi tadi Dia bermaksud hendak menciptakan pula (langit, maka dijadikannya langit itu) 'hunna' sebagai kata ganti benda yang dimaksud adalah langit itu. Maksudnya ialah dijadikannya, sebagaimana didapati pada ayat yang lain, 'faqadhaahunna,' yang berarti maka ditetapkan-Nya mereka, (tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu) dikemukakan secara 'mujmal' ringkas atau secara mufasshal terinci, maksudnya, "Tidakkah Allah yang mampu menciptakan semua itu dari mula pertama, padahal Dia lebih besar dan lebih hebat daripada kamu, akan mampu pula menghidupkan kamu kembali?" )

Bahwa Allah SWT setelah merinci ayat-ayatnya tentang diri manusia dengan mengingatkan awal kejadian, sampai kesudahannya dan menyebutkan bukti keberadaan serta kekuasaannya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, kemudian Dia menyebutkan ayat-ayatnya atau bukti lain yang ada dicakrawala melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi, untuk menunjukka kekuasaannya yang meliputi segala-galanya dan menunjukkan betapa banyak karunia-Nya kepada umat manusia dengan menjadikan segala yang ada di umi sebagai bekal dan persediaan untuk dimanfaatkan.

Arti Ayat

Dalam penggalan terjemahan ayat tersebut yang berbunyi “Kemudian Dia berkehendak menuju ke langit”. Kata kemudian dalam ayat ini bukan berarti selang masa tapi dalam arti peringkat, yakni peringkat sesuatu yang disebut sesudahnya yaitu langit dan apa yang ditampungnya lebih agung, lebih besar, indah dan misterius daripada bumi. Maka Dia, yakni Allah menyempurnakan mereka yakni menjadikan tujuh langit dan menetapkan hukum-hukum yang mengatur perjalanannya masing-masing, serta menyiapkan sarana yang sesuai bagi yang berada disana. Itu semua diciptakannya dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah bagi-Nya karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

 Yang menarik, setelah Allah mengingatkan asal-usul kejadian manusia yang berasal dari ketiadaan dan kematian, yang berasal dari tanah, tumbuhan, dan hewan, tiba-tiba menyebutkan bahwa semua yang ada di bumi ini (termasuk tanah, tumbuhan, dan hewan), Dia ciptakan untuk manusia. Pesan yang bisa kita tangkap dari peringatan ini ialah bahwa tubuh biologis manusia (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bumi) diciptakan untuk berbakti kepada tubuh ruhaniahnya. Jadi ada sesuatu yang luar biasa pada diri manusia yang justru bukan berasal dari bumi; tetapi untuknyalah bumi dciptakan. Artinya, kalau bukan demi manusia ruhaniah itu, Allah tidak menciptakan bumi ini. Melalui peringatan ini, Allah hendak mengesankan manusia bahwa diri ruhaniahnya itu adalah makhluk yang sangat mulia, yang sedemikian mulianya sehingga nilai kemuliannya melampaui seluruh nilai alam semesta yang material ini[1].



Al-Nahl. 5-8, 80-81

2.      Ayat An-Nahl 5-8

وَٱلۡأَنۡعَٰمَ خَلَقَهَاۖ لَكُمۡ فِيهَا دِفۡءٞ وَمَنَٰفِعُ وَمِنۡهَا تَأۡكُلُونَ ٥  وَلَكُمۡ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسۡرَحُونَ ٦ وَتَحۡمِلُ أَثۡقَالَكُمۡ إِلَىٰ بَلَدٖ لَّمۡ تَكُونُواْ بَٰلِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ ٱلۡأَنفُسِۚ إِنَّ رَبَّكُمۡ لَرَءُوفٞ رَّحِيمٞ ٧ وَٱلۡخَيۡلَ وَٱلۡبِغَالَ وَٱلۡحَمِيرَ لِتَرۡكَبُوهَا وَزِينَةٗۚ وَيَخۡلُقُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٨









Artinya:

5.      Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan

6.      Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan

7.      Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

8.      dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya

Mufradat

1.    وَالْاَنْعَامَ (Dan binatang ternak) yakni unta, sapi, dan kambing. Lafaz al-an’ama dibaca nasab karena dinasabkan oleh fi’il yang diperkirakan keberadaannya, lalu fi’il tersebut ditafsirkan atau dijelaskan oleh lafaz berikut ini, yaitu

خَلَقَهَالَكُمْ (Dia telah menciptakannya untuk kalian) sebagian dari manusia

فِيْهَادِفْءٌ (padanya ada kehangatan) yaitu bulu dan kulitnya dapat dibuat pakaian dan selimut untuk penghangat tubuh kalian

وَمَنَافِعُ (dan berbagai manfaat) yaitu dari anak-anaknya, air susunya, dan dapat dijadikan sebagai kendaraan

وَمِنْهَاتَأْكُلُوْنَ (dan sebagainya kalian makan) zaraf didahulukan karena untuk tujuan fasilah.

2.    وَلَكُمْ فِيْهَاجَمَالٌ  (Dan kalian memperoleh pandangan yang indah padanya) yakni sebagai perhiasan kalian

حِيْنَ تُرِيْحُوْنَ (ketika kalian membawanya kembali ke kandang) ketika kalian menggiringnya kembali ke kandangnya di waktu sore hari

وَحِيْنَ تَسْرَحُوْنَ  (dan ketika kalian melepaskannya ke tempat penggembalaan) kalian mengeluarkannya dari kandangnya menuju ke tempat penggembalaan di waktu pagi hari.

3.    وَتَحْمِلُ اَثْقَالَكُمْ (Dan ia dapat memikul beban-beban kalian) barang-barang kalian

 إِلَىٰ بَلَدٖ لَّمۡ تَكُوْنُواْ بَٰلِغِيهِ (ke suatu negeri yang kalian tidak sanggup sampai kepadanya) kalian tidak sanggup mencapainya tanpa memakai kendaraan unta

إِلَّا بِشِقِّ ٱلۡأَنفُسِ (melainkan dengan kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri) yang membuat payah diri kalian

  إِنَّ رَبَّكُمۡ لَرَءُوْفٞ رَّحِيْمٞ  (Sesungguhnya Tuhan kalian benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) terhadap kalian, Dia telah menciptakannya untuk kalian manfaatkan.

4.    وَ (dan) Dia telah menciptakan

الْحَيْلَ الْحَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيْرَلِتَرْكَبُوْهَاوَزِيْنَةً (kuda, bagal, dan keledai agar kalian menungganginya dan menjadikannya sebagai perhiasan) lafaz zinatan menjadi maful lah disebutkannya kedua ‘illat itu, yaitu untuk ditunggangi dan dianggap sebagai perhiasan; hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan manfaat lain yang ada padanya. Seperti halnya pada kuda, selain dapat ditunggangi dan dijadikan perhiasan, dagingnya dapat dimakan. Hal ini telah ditetapkan berdasarkan hadis sahihain.

 وَيَخۡلُقُ مَا لَا تَعۡلَمُوْنَ  (Dan Allah menciptakan apa yang kalian tidak mengetahuinya) berupa hal-hal yang aneh dan menakjubkan.

Tafsir Ayat

Allah SWT, Menyebut-nyebut bebrapa di antara nikmat-nikmatnya, bahwa Dia telah menciptakan binatang-binatang ternak, seperti unta, sapi dan kambing yang dapat di ambil manfaat’nya oleh manusia, kulit dan bulunya utuk di jadikan pakaian yang memberi  kehangatan bandan, susunya dapat di minum dan dagingnya dapat di makan, setelah binatang-binatang ternak itu juga dapat memberi keindahan pandangan dan dapat meringankan beban pengangkutan-pengangkutan yang hendak di kirim dari tempat ke tempat yang lain atau barang-barang dagangan dan bekal-bekal perjalanan yang tidak dapat di sampaikan ke tempat tujuannya melainkan dengan susah payah. Maka patutlah Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia sebagai makhluk  utamanya disebut dan di puji yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.

Asbabun Nuzul An-Nahl

An-Nahl merupakan surat ke-16 pada juz ke-14 serta merupakan kelompok surat Makkiyah kecuali tiga ayat terakhir yang Madaniyyah. Mengenai ayat 5 sampai dengan ayat 8 dari surat An-Nahl tidak terdapat  petunjuk dari Al-Hadits yang menjelaskan latar belakang (asbabunuzul) ayat-ayat tersebut.

Arti Ayat

Secara umum, ayat diatas menggambarkan potensi dan manfaat sumber daya alam terutama yang berbentuk binatang ternak dengan berbagai manfaat dan nilai bagi manusia. Di antara manfaatnya adalah dimakan dagingnya, selain itu juga kulit, tulang dan bulunya, binatang ternak itu dahulu bahkan sampai sekarang masih berfungsi sebagai sarana transportasi dan alat angkut. Terutama dahulu sebelum zaman modern sekarang di mana sarana perhubungan dan sarana pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat-alat transportasi yang menggunakan kekuatan mesin. Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, manfaat dari sumber daya alam dalam bentuk hewan terutama hewan ternak itu. Di era modern, masih banyak binatang ternak khususnya kuda dan keledai yang dimanfaatkan sebagai sarana angkutan, termasuk di daerah-daerah wisata mancanegara. Tempat-tempat rekreasi terkenal di Tanah Air Indonesia sebagaimana dapat disaksikan di banyak tempat, jelas masih banyak yang menggunakan binatang ternak tertentu, khususnya kuda atau keledai sebagai alat tunggangan, baik langsung maupun tidak langsung seperti andong atau dokar, maupun kudanya itu sendiri. Demikian pula di luar negeri, termasuk di area Bukit Thur Sina di Mesir, beberapa objek wisata di Isfahan Iran maupun terutama Petra di Jordan yang belakangan dinobatkan ke dalam salah satu keajaiban dunia.

Disana, baik dibawah Bukit Thur Sina maupun terutama di jalan-jalan menuju Petra, masih berkeliaran kuda-kuda dan keledai-keledai tunggangan yang disewakan bagi para wisatawan mancanegara yang hendak mengunjungi tempat-tempat indah dan bersejarah, khususnya gua berikut pahatan-pahatan bebatuan kuno bekas tempat-tempat berteduh/berlindung penduduk setempat dahulu di masa-masa lalu yang tersebar di sejumlah perbukitan yang ada sebagaimana dilansir Al-quran, dan kini menjadi area rekreasi menarik yang dikunjungi wisatawan domestic maupun mancanegara. Apalagi setelah dinobatkan menjadi salah satu keajaiban dunia[2].







3.      Ayat An-Nahl 80-81

وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنۢ بُيُوتِكُمۡ سَكَنٗا وَجَعَلَ لَكُم مِّن جُلُودِ ٱلۡأَنۡعَٰمِ بُيُوتٗا تَسۡتَخِفُّونَهَا يَوۡمَ ظَعۡنِكُمۡ وَيَوۡمَ إِقَامَتِكُمۡ وَمِنۡ أَصۡوَافِهَا وَأَوۡبَارِهَا وَأَشۡعَارِهَآ أَثَٰثٗا وَمَتَٰعًا إِلَىٰ حِينٖ ٨٠ وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّمَّا خَلَقَ ظِلَٰلٗا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلۡجِبَالِ أَكۡنَٰنٗا وَجَعَلَ لَكُمۡ سَرَٰبِيلَ تَقِيكُمُ ٱلۡحَرَّ وَسَرَٰبِيلَ تَقِيكُم بَأۡسَكُمۡۚ كَذَٰلِكَ يُتِمُّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تُسۡلِمُونَ ٨١

Artinya:

80. Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)

81. Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)

Mufradat



تَسۡتَخِفُّونَهَا        : merasa ringan

يَوۡمَ ظَعۡنِكُمۡ        : hari pergi kalian (perjalanan)

أَثَاثًا            : perabot rumah

ظِلالا            :  sesuatu yang meneduhi

أَكْنَانًا            : sesuatu yang menutupi

سَرَابِيلَ           : pakaian

Tafsir Ayat

Menurut Muhammad Ali As-Shabuni dalam karya tafsirnya Shafwah al-tafasir. Potongan ayat اللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا ini menunjukan nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Nikmat itu berupa rumah yang dijadikan oleh Allah dari batu dan batu bata agar manusia tinggal di dalamnya ketika bermukim di negara-negara mereka. Ayat tersebut juga mengandung makna bahwa Allah menciptakan bagi manusia bahan-bahan untuk dijadikan rumah, serta mengilhami mereka cara pembuatannya. Ilham membuat rumah merupakan tangga pertama bagi bangunnya peradaban umat manusia sekaligus merupakan upaya paling dini dalam membentengi diri manusia guna memelihara kelanjutan hidup pribadi, bahkan jenisnya. Dengan demikian, ini adalah nikmat yang sangat besar.

Dalam Tafsir Al-Ghazin disebutkan bahwa rumah itu ada dua macam pertama rumah yang tidak bisa dipindah (permanen) seperti rumah yang terbuat dari batu dan lain sebagainya ini adalah kandungan ayat: Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal .Kedua rumah yang bisa dibawa kemana-mana seperti tenda yang terbuat dari kulit hewan ternak. Dan inilah yang dimaksud dalam firman Allah: Dia menjadikan bagimu rumah rumah dari kulit hewan ternak.

Firman Allah yang berarti: Dia menjadikan bagimu rumah-rumah dari kulit hewan ternak, dijadikan dasar oleh ulama tentang bolehnya memanfaatkan kulit hewan yang mati karena disembelih ataupun tidak. Tetapi tentu saja disamak dahulu agar kulit tersebut menjadi suci dan dapat digunakan. Imam Ahmad Abu Hanifah berpendapat kulit hewan yang mati tidak disembelih secara syara’ tidak dapat dimanfaatkan sama sekali, karena menurutnya kulit tersebut sama dengan bangkai. Namun menurut al-Qurtuby pendapat Iman Ahmad Abu Hanifah ini terbantahakan dengan riwayat-riwayat yang memperbolehkan mengambil manfaatnya setelah disamak. Walaupun demikian kulit babi dan kulit anjing tidak dapat diambil manfaatnya. Tetapi ada sebagian ulama ada yang berpendapat boleh, akan tetapi Quraish Shihab berpandangan pendapat ini sangat lemah.

Asbab al-Nuzul

Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketiika seorang arab bertanya kepada Nabi SAW tentang Allah, beliau membacakan ayat, اللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا (Dan Allah yang menjadikan bagimu rumah-rumah sebagai tempat tinggal), orang itupun mengiyakan. Kemudian Nabi membacakan kelanjutan ayat tersebut tersebut, وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الأنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ (..dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah dari kulit hewan ternak yang kamu merasa ringan (membawanya) pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim..), orang itupun mengiyakan. Dan Rasulpun melanjutkan ayat tersebut dan orang itupun mengiyakannya. Namun ketika Nabi sampai pada ayat 81 bagian terakhir, كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ (Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)), orang itupun berpaling dan tidak mau masuk Islam. Maka turunlah ayat selanjutnnya ayat 83, yang menegaskan bahwa walaupun orang-orang tahu akan nikmat yang diberikan Allah, tapi kebanyakan dari mereka tetap kafir.

Arti Ayat

Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi, menafsirkan ayat-ayat ini bahwa Allah telah menyebutkan nikmat-nikmat yang Dia limpahkan kepada para hamba-Nya. Dimulai dengan nikmat yang dikhususkan bagi orang-orang yang bermukim, dengan Firman-Nya : “menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal” kemudian nikmat yang dikhususkan bagi para musafir yang mampu mendirikan kemah, dengan Firman-Nya: “menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak”. Kemudian bagi orang yang tidak mampu melakukan hal itu, tidak pula mempunyai naungan selain daripada tempat bernaung, dengan Firman-Nya : “menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan” . selanjutkan menyebutkan nikmat yang dibutuhkan oleh setiap orang, dengan Firman-Nya: “dan Dia jadikan bagimu pakaian”. Lalu, menyebutkan apa yang diperlukan di dalam peperangan, dengan Firman-Nya: “dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan”[3].

4.      Al-Maidah. 96

أُحِلَّ لَكُمۡ صَيۡدُ ٱلۡبَحۡرِ وَطَعَامُهُۥ مَتَٰعٗا لَّكُمۡ وَلِلسَّيَّارَةِۖ وَحُرِّمَ عَلَيۡكُمۡ صَيۡدُ ٱلۡبَرِّ مَا دُمۡتُمۡ حُرُمٗاۗ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِيٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٩٦

Artinya:

96. Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan

Mufradat

أُحِلَّ لَكُم صَيدُ البَحرِ وَطَعامُهُ           :

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut

مَتاعًا لَكُم وَلِلسَّيّارَةِ                   :

sebagai makanan yang lazat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan;



وَحُرِّمَ عَلَيكُم صَيدُ البَرِّ ما دُمتُم حُرُمًا                  :

dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram.

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذي إِلَيهِ تُحشَرونَ                     :

Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.

Tafsir Ayat

Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misabah  “Dihalalkan bagi kamu berburu binatang laut” Maksud ayat tersebut bahwasannya bukan laut saja, melainkan sungai dan danau atau tambak juga dihalalkan dalam pemburuan binatang laut. Ayat tersebut ulama sementara memahami kata-kata binatang buruan laut dalam arti segala sesuatu yang diperoleh dengan upaya atau usaha untuk mendapatkan binatang tersebut.

“Dan makanannya adalah makanan lezat bagi kamu” . Makanannya berasal dari laut pula, seperti ikan, udang ataupun sejenisnya yang hidup di sana dan binatang laut tersebut tidak dapat hidup didarat (hidup di dua alam). Sedangkan yang mengapung dan terdampar tidak lagi diperoleh dengan memburunya. Ada juga yang memahami kata Makanan tersebut dalam arti yang diasinkan dan dikeringkan, sehingga dalam memakannya terasa lezat bagi penikmatnya.

“Dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan, dan diharamkan atas kamu binatang buruan darat, selama kamu dalam berihram”  Ketika seseorang dalam keadaan berikhram selama pejalanannya di Tanah Haram (Makkah), diharamkan atas orang tersebut membunuh binatang darat, “Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.







BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ayat 5-8 surat An-Nahl berbicara tentang nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Nikmat itu berupa berbagai manfaat dari hewan ternak diantaranya sebagai makanan, menghasilkan minuman, perhiasan, dan alat trasfortasi. Nikmat itu harus disyukuri oleh manusia dengan memanfaatkanya sebaik mungkin sesuai dengan yang disyariatkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ayat tersebut juga mengandung arti bahwa manusia diberikan kewenangan untuk mengeksploitasi alam semesta ini untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri dengan berbagai syarat yaitu; manusia haruslah mengadakan ta’awun (saling menolong), takaful (kerjasama), kewajiban berlaku sederhana yaitu menghindari bentuk pemborosan atau penghamburan harta dan penggunaan yang tidak semestinya dalam mendayagunakan rezeki Allah, selain itu manusia didalam usaha disyaratkan menumbuhkan dan memperbanyak harta namun tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain, dan dilakukan dengan cara yang baik dan halal.

























Daftar Pustaka

Al-Mahalli, Jalaluddin dan As-Suyuti, Jalaluddin, Tafsir Jalalain Jilid 1,

Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004.

Salim Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasier, Jilid IV surabaya:

Bina Ilmu,1988.







































[1]. Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), Jilid 1, 1007-1009.


[2]. Salim Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasier, (surabaya:Bina Ilmu,1988), Jilid IV Hal.541-542


[3]. Salim Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasier, (surabaya:Bina Ilmu,1988), Jilid IV Hal. 585-586

1 komentar:

  1. What is a Casino? - Online Gambling
    The Casino is a 슬롯 게임 casino that accepts bets and accepts wagers from real money and is nba betting odds also known as an 바카라 사이트 추천 online gaming 암호 화폐 종류 site. It has many other online gambling 💸 Min Deposit: $10🎲 Total number of games: 3000+💰 Min Withdrawal: $20 벳 페어

    BalasHapus